Ba’da shubuh tadi aku mendengarkan kuliah pagi dari Bpk. KH.
Taufik tentang kesyukuran. Rasa syukur itu diwujudkan dalam empat hal, yaitu:
1.
Ucapan. Jika
bersyukur pada Alloh atas segala limpahan rahmat, karunia, dan nikmat yang
telah diberikan dan tidak bisa kita hitung, maka kita ucapkan “Alhamdulillaah”,
termasuk ketika kita telah bersin, selesai
makan, bangun tidur, berpakaian, dan aktivitas sehari-hari lainnya, maka
sebagai bentuk kesyukuran kita ucapkan doa yang diawali dengan lafadz “Alhamdulillaah
dst…”
2.
Rasa syukur juga harus
diwujudkan dalam hati secara lahir dan bathin, berupa ketulusan dan
keikhlasan, bukan sekedar ucapan.
3.
Selain itu, rasa syukur
juga kita wujudkan dengan raut muka yang sumringah, tidak suram dan
cemberut, sebagai tanda betapa kita bahagia karena telah diberikan suatu
kenikmatan.
4.
Wujud kesyukuran yang
terakhir adalah dengan perbuatan. Kita bisa bersyukur kepada Alloh
dengan menambah amal ibadah kita, seperti menertibkan ibadah wajib,
meningkatkan ibadah sunnah, memperbanyak shodaqoh, dan menjauhi larangan-Nya
sejauh-jauhnya.
Dengan adanya kita selalu bersyukur kepada Alloh, semoga
Alloh senantiasa menambah kenikmatan-Nya, dan tidak menimpakan adzab-Nya,
sebagaimana firman Alloh, yang artinya:
“Jika kalian bersyukur, maka Alloh akan menambah
(kenikmatan) sungguh pada kalian. Dan jika kalian kufur (tidak mau bersyukur),
sesungguhnya siksa Ku Alloh sangat berat” (Q.S Ibrohim:7).
Aku jadi teringat sesuatu, yaitu artikel yang aku baca dari
sebuah majalah tentang ucapan terimakasih yang tulus dari hati. Rupanya empat
wujud kesyukuran diatas juga dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari
kepada sesama manusia. Dikisahkan dalam
artikel tersebut, ada seorang anak perempuan yang membagi-bagikan kue buatan
Ibunya kepada para tetangganya. Seperti kebanyakan orang jika diberi sesuatu, para
tetangganya pun mengucapkan terimakasih. Namun ada yang berbeda malam itu.
Malam itu si anak memberikan kue pada tetangganya yang sudah
lanjut usia. Mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah kayu yang sudah tidak
berdiri tegap ladgi dan tak layak huni. Kehidupan mereka sangat sederhana, jauh
dari kemewahana dan kecukupan. Sang suami berprofesi sebagai tukang becak dan
sang istri hanya ibu rumah tangga. Ketika si anak mengetuk pintu rumah mereka,
Nenek dan Kakek membukanya dengan sedikit terkejut, lalu wajah mereka pun
menyunggingkan senyum di pipi mereka yang sudah keriput. Terlihat lah
wajah-wajah yang penuh perjuangan dalam meniti hidup yang keras. Tapi mereka
masih mampu tersenyum meskipun dalam segala keterbatasan.
Dan ketika si anak memberikan sepiring kuenya, sambil
menunjukkan raut muka yang bahagia, mereka mengucapkan terimakasih, bukan hanya
sekali tapi berulang-ulang. Ucapan terimakasih yang meluncur dari mulut mereka
terdengar berbeda dengan ucapan terimakasih yang sudah sering didengar dari
tetangga-tetangganya sebelumnya. Memang tetangga lain kebanyakan hidupnya lebih
beruntung dibandingkan kakek dan nenek itu. Kue yang diberikan menjadi hal yang
biasa bagi mereka, dan ucapan terimakasih yang terdengar di telinga pun terasa
biasa saja. Lain halnya dengan dengan kakek dan nenek itu yang mengucapkan
terimakasih dengan setulus hatinya. Mereka
tak sekedar mengucapkannya sebagai suatu keharusan yang sudah semestinya
dikatakan saat mendapat sesuatu dari orang lain. Tetapi ucapan itu keluar dari
hatinya karena mendapatkan sesuatu yang tidak biasa bagi mereka meskipun bagi
orang lain sudah biasa.
Ucapan terimakasih memang banyak diucapkan orang baik dalam
percakapan sehari-hari maupun kegiatan resmi. Namun hanya ucapan terimakasih
yang tulus dari hati yang terasa lebih bermakna bagi orang yang menerimanya. Coba
bayangkan, betapa senangnya jika kita menerima ucapan terima kasih yang tulus
dari orang lain dengan wajah yang bahagia, bahkan orang tersebut juga membalas
kebaikan kita (meskipun kita berbuat baik bukan untuk mengharapkan balasan).
Namun dengan begitu kita akan lebih semangat dan ingin melakukan kebaikan
kembali bukan?
Demikian pula, jika kita bersyukur kepada Alloh melalui
ucapan yang tulus dengan wajah yang berseri dan disertai dengan melakukan
ibadah dan perbuatan baik, maka Alloh pun akan lebih bersemangat dan tak segan
untuk memberikan kenikmat-Nya kembali. Untuk itu, marilah kita wujudkan rasa
syukur kita baik kepada Alloh maupun sesama manusia dengan lebih tulus lagi, ok
^^
Artikel:
Hardiyanti. 2013.
Ucapan Terima Kasih yang Tulus dari Hati. Majalah Kartini, 4-18.4.2013. Hal.
111.
Bersyukur dan
berterimakasihlah setulus hati ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar