Rabu, 20 November 2013

Rasa Syukur dari Hati^^

Ba’da shubuh tadi aku mendengarkan kuliah pagi dari Bpk. KH. Taufik tentang kesyukuran. Rasa syukur itu diwujudkan dalam empat hal, yaitu:
1.       Ucapan. Jika bersyukur pada Alloh atas segala limpahan rahmat, karunia, dan nikmat yang telah diberikan dan tidak bisa kita hitung, maka kita ucapkan “Alhamdulillaah”, termasuk ketika kita telah bersin, selesai  makan, bangun tidur, berpakaian, dan aktivitas sehari-hari lainnya, maka sebagai bentuk kesyukuran kita ucapkan doa yang diawali dengan lafadz “Alhamdulillaah dst…”
2.       Rasa syukur juga harus diwujudkan dalam hati secara lahir dan bathin, berupa ketulusan dan keikhlasan, bukan sekedar ucapan.
3.       Selain itu, rasa syukur juga kita wujudkan dengan raut muka yang sumringah, tidak suram dan cemberut, sebagai tanda betapa kita bahagia karena telah diberikan suatu kenikmatan.
4.       Wujud kesyukuran yang terakhir adalah dengan perbuatan. Kita bisa bersyukur kepada Alloh dengan menambah amal ibadah kita, seperti menertibkan ibadah wajib, meningkatkan ibadah sunnah, memperbanyak shodaqoh, dan menjauhi larangan-Nya sejauh-jauhnya.
Dengan adanya kita selalu bersyukur kepada Alloh, semoga Alloh senantiasa menambah kenikmatan-Nya, dan tidak menimpakan adzab-Nya, sebagaimana firman Alloh, yang artinya:
“Jika kalian bersyukur, maka Alloh akan menambah (kenikmatan) sungguh pada kalian. Dan jika kalian kufur (tidak mau bersyukur), sesungguhnya siksa Ku Alloh sangat berat” (Q.S Ibrohim:7).
Aku jadi teringat sesuatu, yaitu artikel yang aku baca dari sebuah majalah tentang ucapan terimakasih yang tulus dari hati. Rupanya empat wujud kesyukuran diatas juga dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kepada sesama manusia.  Dikisahkan dalam artikel tersebut, ada seorang anak perempuan yang membagi-bagikan kue buatan Ibunya kepada para tetangganya. Seperti kebanyakan orang jika diberi sesuatu, para tetangganya pun mengucapkan terimakasih. Namun ada yang berbeda malam itu.
Malam itu si anak memberikan kue pada tetangganya yang sudah lanjut usia. Mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah kayu yang sudah tidak berdiri tegap ladgi dan tak layak huni. Kehidupan mereka sangat sederhana, jauh dari kemewahana dan kecukupan. Sang suami berprofesi sebagai tukang becak dan sang istri hanya ibu rumah tangga. Ketika si anak mengetuk pintu rumah mereka, Nenek dan Kakek membukanya dengan sedikit terkejut, lalu wajah mereka pun menyunggingkan senyum di pipi mereka yang sudah keriput. Terlihat lah wajah-wajah yang penuh perjuangan dalam meniti hidup yang keras. Tapi mereka masih mampu tersenyum meskipun dalam segala keterbatasan.
Dan ketika si anak memberikan sepiring kuenya, sambil menunjukkan raut muka yang bahagia, mereka mengucapkan terimakasih, bukan hanya sekali tapi berulang-ulang. Ucapan terimakasih yang meluncur dari mulut mereka terdengar berbeda dengan ucapan terimakasih yang sudah sering didengar dari tetangga-tetangganya sebelumnya. Memang tetangga lain kebanyakan hidupnya lebih beruntung dibandingkan kakek dan nenek itu. Kue yang diberikan menjadi hal yang biasa bagi mereka, dan ucapan terimakasih yang terdengar di telinga pun terasa biasa saja. Lain halnya dengan dengan kakek dan nenek itu yang mengucapkan terimakasih dengan setulus hatinya.  Mereka tak sekedar mengucapkannya sebagai suatu keharusan yang sudah semestinya dikatakan saat mendapat sesuatu dari orang lain. Tetapi ucapan itu keluar dari hatinya karena mendapatkan sesuatu yang tidak biasa bagi mereka meskipun bagi orang lain sudah biasa.
Ucapan terimakasih memang banyak diucapkan orang baik dalam percakapan sehari-hari maupun kegiatan resmi. Namun hanya ucapan terimakasih yang tulus dari hati yang terasa lebih bermakna bagi orang yang menerimanya. Coba bayangkan, betapa senangnya jika kita menerima ucapan terima kasih yang tulus dari orang lain dengan wajah yang bahagia, bahkan orang tersebut juga membalas kebaikan kita (meskipun kita berbuat baik bukan untuk mengharapkan balasan). Namun dengan begitu kita akan lebih semangat dan ingin melakukan kebaikan kembali bukan?
Demikian pula, jika kita bersyukur kepada Alloh melalui ucapan yang tulus dengan wajah yang berseri dan disertai dengan melakukan ibadah dan perbuatan baik, maka Alloh pun akan lebih bersemangat dan tak segan untuk memberikan kenikmat-Nya kembali. Untuk itu, marilah kita wujudkan rasa syukur kita baik kepada Alloh maupun sesama manusia dengan lebih tulus lagi, ok ^^

Artikel:
Hardiyanti. 2013. Ucapan Terima Kasih yang Tulus dari Hati. Majalah Kartini, 4-18.4.2013. Hal. 111.

Bersyukur dan berterimakasihlah setulus hati ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar