Rabu, 13 November 2013

Ayo Menulis^^

Menurutku menulis merupakan suatu kegiatan mengekspresikan diri dalam bentuk untaian kata-kata. Sedangkan menurut Asmani (2013) penulis adalah orang yang independen, tidak mau diintervensi oleh pihak luar. Ia hanya menulis dengan hati dan pikirannya sendiri.

Dari sejak kecil, bahkan sebelum masuk sekolah, kita sudah diajarkan untuk menulis mulai dari angka dan huruf menggunakan pensil. Dalam kegiatan sehari-hari pun kita sering menulis, mulai dari menulis status di facebook atau twitter, sms (mengetik lebih tepatnya), surat (jadul), diary (buat yang hobi), hingga puisi, cerpen dan karya ilmiah (meskipun dalam rangka mengerjakan tugas). Oleh karena itu menurutku setiap orang bisa menulis dan berpotensi menjadi penulis profesional. Dan bagi yang sudah hobi menulis (dalam bentuk apa pun), lanjutkan dan teruslah menulis, terlepas dari apakah hasil tulisan tersebut layak dibaca atau tidak, terlebih lagi di era modern ini sudah sangat banyak fasilitas untuk menulis (termasuk gw yang hobi nulis, kalo lg mood tp. hehe, ga peduli tulisannya mo bagus ato pun jelek, yg penting hasrat dlm jiwa gw tersalurkan lewat tulisan gw. egois yak, haha. apalagi klo ternyata tulisannya bsa brmanfaat juga buat org lain tu bakal jadi kebahagiaan dan kepuasan bathin tersendiri bwt gw J)

Tapi buat yang belum berminat untuk menulis, ni ada kata-kata dari Zainal Arifin Thoha (2005) yang semoga bisa memotivasi dan menggugah semangat buat menulis.
Dengan menulis, aku ada
Dengan menulis, aku hidup
Dengan menulis, aku membaca
Dengan menulis, aku dibaca
Dengan menulis, aku mengetahui
Dengan menulis, aku diketahui
Dengan menulis, aku mengerti
Dengan menulis, aku dimengerti
Dengan menulis, aku menghargai
Dengan menulis, aku dihargai
Dengan menulis, aku berubah
Dengan menulis, aku mengubah
Dengan menulis, aku beribadah
Dengan menulis, aku berdakwah
Dengan menulis, aku bersaudara
Dengan menulis, aku mengabdi
Dengan menulis, aku menjadi diri sendiri

Manfaat menulis
Terus, ternyata menulis juga banyak manfaatnya lo. The Liang Gie (1992:1-3) memaparkan enam manfaat menulis, yaitu:

1.    Nilai kecerdasan
Dengan sering menulis, seorang penulis dituntut untuk menghubungkan buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan uraian yang sistematis dan logis, menimbang suatu perkataan yang tepat, dan selalu mengamati dan menganalisis realitas sosial yang selalu berubah secara dinamis. Aktivitas ini akan selalu menambah daya pikirnya, kemampuan imajinasi dan kreativitasnya, serta memori dan kecerdasannya.

2.    Nilai kependidikan
Seorang penulis pemula yang terus menulis, walapun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya berkali-kali ditolak, sesungguhnya ia melatih diri menjadi tabah, ult dan tekun sehingga akhirnya pada suatu hari mencapai keberhasilan. Bila ia telah sukses, ia akan terus termotivasi untuk berkarya yang lebih bagus. Ini adalah pendidikan yang luar biasa.

3.    Nilai kejiwaan
Penulis dituntut untuk ulet, terus mengarang yang jika pada akhirnya tulisannya dimuat di Koran atau majalah yang terkenal atau diterbitkan sebagai buku, hasil ini akan membuat penulis merasakan kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi dan kepercayaan diri. Semua ini mendorong untuk terus berkarya dan mencapai kemajuan terus.

4.    Nilai kemasyarakatan
Jika tulisan seorang penulis sukses dibaca masyarakat, diapresiasi, menjadi sumber inspirasi, dan akhirnya menjadi rujukan masyarakat, dari sinilah penulis memperoleh penghargaan masyarakat yang luar biasa, baik berupa keteladanan ataupun penghargaan yang lain.

5.    Nilai keuangan
Penulis yang tulisannya dimuat, akan menerima imbalan dari pihak yang menerbitkan karyanya. Makin maju sebuah Negara, makin cerah masa depan seorang penulis, karena makin banyak orang yang mau membaca dan mampu membeli sebuah bacaan.

6.    Nilai kefilsafatan
Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak dulu adalah mengenai keabadian. Jasad seorang arif tidak akan pernah abadi, tetapi buah pikiran mereka akan diabadikan melalui karangan yang mereka tulis. Sampai saat ini manusia modern mengetahui kearifan Plato melalui naskah percakapannya atau mengenal ajaran aristoteles dari buku-bukunya. Dunia timur menyadari nilai ini dengan pepatahnya yang berbunyi “segala sesuatu musnah kecuali perkataan yang tertulis” dan imam Ja’far Ash-Shadiq mengatakan “ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”

Selain itu, Islam juga sangat mendorong umatnya untuk menulis. Tidak tanggung-tanggung, motivasi menulis tersebut langsung turun tatkala Alloh menurunkan wahyu pertama kalinya kepada Nabi Muhammad di Gua Hira’. Firman Alloh dalam QS. Al-Alaq {96}: 1-5 yang artinya:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Ia menciptakan manusia dari darah yang kental. Bacalah demi Tuhanmu yang mulia, yang mengajari (manusia) dengan pena, mengajari manusia sesuatu yang tidak diketahui”.

Dalam ayat tersebut, Alloh menempatkan pena (alat untuk menulis) sebagai komponen vital dalam mencerdaskan manusia. Pena sebagai simbol tulisan digabungkan dengan membaca. Sebuah kombinasi sinergis. Membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Laksana dua sisi mata uang. Menulis tanpa membaca akan menghasilkan tulisan yang tidak bermutu. Sebaliknya membaca tanpa menulis manfaatnya hanya untuk dirinya sendiri. Keduanya harus berjalan bersama dalam asas simbiosis mutualisme, saling melengkapi dan menyempurnakan.
 
Syarat menjadi penulis
Menurut Asmani (2013) pada hakikatnya  menjadi penulis itu mudah. Ia hanya membutuhkan proses bertahap yang harus dilalui dengan kesungguhan, kesabaran, dan keuletan. Diantara syarat menjadi seorang penulis adalah:
1.    Rajin membaca
2.    Semangat pantang menyerah
3.    Fokus pada bidang ilmu yang dikuasai
4.    Membaca tulisan orang lain, di Koran, jurnal, atau majalah, meneliti judul, pendahuluan, isi, kesimpulan, dan tawaran ide akan membuat kita cepat menulis dengan baik.

Kendala dan solusi dalam menulis
Seorang penulis pemula biasanya menemukan kendala yang membuatnya malas menulis. Agar aktivitas menulis bisa berjalan dengan aktif, berikut kendala dan alternative solusi mengatasinya menurut Al-Ghifari (2002):
1.    Sulit mendapatkan ide/inspirasi. Solusinya sering-seringlah baca buku, majalah, dan Koran, mengikuti acara dialog TV, serta diskusi dengan senior dan teman.
2.    Sulit menentukan tema. Solusinya sesuaikan dengan keahlian dan minat anda.
3.    Sulit membuat judul. Solusinya pahami dulu tema yang diangkat, lalu buatlah kalimat singkat, padat, menarik, yang menggambarkan isi bahasan.
4.    Sulit menjabarkan atau mengembangkan tulisan. Solusinya, banyak membaca referensi terkait masalah yang dibahas.

Pustaka:
Al-Ghifari, Abu. 2002. Kiat Menjadi Penulis Sukses. Tanpa kota: Mujahid.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Pr.

Thoha, Zainal Arifin. 2005. Aku Menulis Maka Aku Ada. Yogyakarta: Kutub.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar