Oligosaccharides
are sweet food component, approximately 0.3-0.6 times the sweetness of sucrose.
They are indigestiblewater soluble substances with low energy. Therefore they
can be used as low-calorie bulking agent (Flickinger, 2003). Some research
using animal models showed that oligosaccharides can positively impact nutrient
metabolism, improving glucose tolerance and reducing plasma ammonia and lipid
concentration. This is an indication that certain oligosaccharides can be used
to treat diabetes or renal problems. Classes of oligosaccharides are as follows:
fructooligosaccharides, galactooligosaccharides, mannan oligosaccharides,
lactosucrose, and xylooligosaccharides (Flickinger, 2003).
Prebiotik adalah pangan dengan kandungan oligosakarida yang
berpotensi memberikan nutrisi bagi mikroflora usus yang menguntungkan, seperti Lactobacili
dan Bifidobacteria.
Batasan
prebiotik masih luas dimana bahan makanan oligosakarida dan polisakarida
(termasuk serat makanan) dinyatakan mempunyai aktifitas prebiotik, akan tetapi
tidak semua karbohidrat makanan adalah prebiotik. Untuk itu dibutuhkan batasan
yang jelas, diperlukan klasifikasi yang secara ilmiah, bahan haruslah mempunyai
sifat: 1. Tahan terhadap aktifitas asam lambung, hidrolisis enzim mamalia dan
absorbsi usus pencernaan, 2. difermentasi oleh mikroflora usus pencernaan dan
3. menstimulasi secara selektif pertumbuhan atau aktifitas bakteri pencernaan yang
berhubungan dengan kesehatan. Jadi prebiotik haruslah bahan makanan yang tidak
dihidrolisa dan tidak diserap dibagian atas traktus gastrointestinal sehingga
dapat mencapai kolon tanpa mengalami perubahan struktur dan tidak
disekskresikan dalam feses, substrat yang selektif untuk satu atau sejumlah
mikroflora komensal yang menguntungkan dalam kolon sehingga memicu pertumbuhan
bakteri yang aktif melakukan metabolisme, dan mampu merubah mikroflora kolon
menjadi komposisi yang menguntungkan kesehatan (COLLINS dan GIBSON, 1999).
Sebagai
contoh, sebagian besar fraksi insulin mempunyai DP sekitar 14. Meskipun potensi
penggunaan oligosakarida itu jelas, tetapi umumnya proses produksi oligosakarida
itu masih terbatas. Untuk itu pengembangan teknologi produksinya merupakan
suatu hal yang menantang. Produksi oligosakarida dapat dilakukan antara lain
melalui proses rekayasa yaitu berupa: (i) sisitesis secara enzimatis maupun
kimiawi, dan (ii) depolimerisasi polisakarida secara fisika, kimia atau
enzimatis. (BARRETEAU et
al.,2006).
Oligosakarida
juga merupakan derivatif fruktosa dan galaktosa yang berperan prebiotik dalam
meningkatkan imunitas. Tidak terdegradasi oleh enzim endogenus yang dihasilkan
organisme inang. Tidak dicerna dan tidak diserap sehingga menurunkan asupan energi
dalam pencernaan dan menurunkan pengeluaran insulin, akan tetapi dengan mudah difermentasi
oleh Bifidobacteria
yang ada dalan
saluran pencernaan dan menghasilkan SCFA yang akan menurunkan pH usus sehingga
persentase bakteri menguntungkan meningkat, sedangkan persentase bakteri pembusuk
yang merugikan menurun. Hasil fermentasi mikrobial dari oligosakarida ini mempunyai
pengaruh yang menguntungkan terhadap proliferasi sel dari dinding mukosa usus,
menunjukan sifat antiradang dan aktifitas antitumor serta meningkatkan
aktifitas motorik usus. Dengan demikian populasi bakteri gram negatif dapat
menurun (OYOFO et
al., 1989; BAYLEY
et al., 1991; WALDROUP et al., 1993).
Sumber
oligosakarida yang berupa karbohidrat sederhana yaitu biji-bijian,
kacangkacangan, umbi-umbian dan dari hasil tanaman lainnya. Oligosakarida dari
kelompok rafinosa bersifat fungsional karena tidak dapat dicernaoleh
enzim-enzim pada pencernaan manusia, yaitu α–galaktosidase, sehingga berfungsi bagi kesehatan, diantaranya adalah
menghasilkan energi metabolisme yang lebih rendah daripada sukrosa, tidak
memberikan efek pada sekresi insulin dari pankreas, meningkatkan mikroflora
usus dan mencegah penyakit gigi.
Prebiotik
tak dapat dipisahkan dengan probiotik oleh karena target prebiotik adalah
memacu pertumbuhan yang selektif dari bakteri probiotik (ROBERFROID, 2000).
Oleh karena itu, manfaat penggunaan prebiotik tidak terlepas dari peranan
probiotik untuk meregulasi dan memodulasi mikroekosistam populasi bakteri
probiotik. Probiotik merupakan mikroba hidup yang diberikan sebagai suplemen
makanan yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi kesehatan dengan memperbaiki
keseimbangan mikroflora usus (ROBERFOID, 2000).
Probiotik
merupakan istilah untuk faktor pemacu tumbuh yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Pada tahun 1989, FULLER mempopulerkan istilah probiotik ini sebagai suplemen
yang berupa mikroba hidup yang menguntungkan inangnya melalui peningkatkan
keseimbangan microbial pencernaan. Pada tahun 2001, sebuah dokumen konsensus
dari The International Life Sciences Institute Europe mengajukan sebuah batasan
yang sederhana dan sekarang telah secara luas diterima sebagai batasan dari
probiotik yaitu: makanan suplemen berupa bakteri hidup yang dapat memberi
pengaruh menguntungkan bagi kesehatan manusia. FULLER (1989) menyatakan
persyaratan yang harus dimiliki probiotik yang baik antara lain: (1) merupakan
flora normal usus yang non patogenik, dapat mempertahankan aktivitasnya pada
kondisi lingkungan yang tinggi keasamannya yaitu di lambung, dan pada
konsentrasi garam yang tinggi di usus halus, (2) dapat tumbuh dan melakukan
metabolisme dengan sangat cepat dan terdapat dalam jumlah yang tinggi, (3)
mengkolonisasi bagian tertentu saluran pencernaan dimana diperlukan kemampuan
untuk menempel pada permukaan epitelium (4) dapat memproduksi secara efisien
asam-asam organik dan kemungkinan mempunyai sifat antimikrobra spesifik terhadap
bakteri yang membahayakan, dan (5) mudah untuk diproduksi, bertahan hidup pada
skala besar dan dapat mempertahankan viabilitas selama penyimpanan.
Pustaka:
BAILEY,
J.S., L.C. BLANKENSHIP and N.A. COX. 1991. Effect of Fructooligosaccharide on Salmonella
Contamination of The Chicken Intestine. Poult. Sci. 70: 2433 – 2438.
BARRETEAU,
H., C. DELATTRE and P. MICHAUD. 2006. Production of Oligosaccharides as
Promising
New Food Additive Generation. Food Technol. Biotechnol. 44(3): 323 – 333.
COLLINS,
M.D and G.R. GIBSON. 1999. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics: Ppproaches
for Modulating The Microbial Ecology of The Gut. Am. J. Clin. Nutr. 69: 1052S –
1057S.
Flickinger,
E.A. 2003. Oligosaccharides as functional food: can we improve gut health?
Nutritional biotechnology in the feed and food industries. Proceeding of
Alltech`s 19th Annual Symposium: 345-353. Edited by Lyons, T.P. and K.A.
Jaques, Nothingham. University Press, UK.
HARYATI,
T., SUPRIJATI K., dan SUSANA I.W.R. 2010nyawa Oligosakarida dari Bungkil
Kedelai dan Ubi Jalar sebagai Prebiotik untuk Ternak. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
FULLER,
R. 1989. Probiotics in Man and Animals. J. Appl. Bacterial. 66: 365 – 378.
OYOFO,
B.A., J.R. DELOACH, D.E CORRIER, J.O. NORMAN, R. L.ZIPRIN dan MOLLENHAUER. 1989.
Effecks of Carbohydrat on Salmonella
Typhimurium Colonization
in Broiler Chickens. Avian Dis. 33: 531 – 534.
ROBERFOID,
M.B., J.A.E. VANLOO dan G. R. GIBSON. 1998. The Bifidogenic Nature of Chicory Insulin
and Its Hydrolysis Products. J. Nutr. 128: 11 – 19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar